Lompat ke konten

Menang Sendiri Berarti Kalah

IPMJATIM.OR.ID-Dari sejak lahir hingga wafat, manusia tidak akan terlepas dari peran orang-orang disekitarnya. Dalam hidup ia membutuhkan medis ketika cidera, membutuhkan guru untuk menjadi pintar, membutuhkan dokter ketika sakit, dan membutuhkan pelayat untuk mengurus jenazahnya. Termasuk ketika sukses datang terhadapnya, pasti ia akan melewati masa-masa bersama banyak orang.

Tentu kita masih ingat final FIFA World Cup 2014 di Brazil. Tim Nasional Jerman dinobatkan sebagai juara kala itu setelah mengalahkan Argentina dengan skor tipis 1-0. Lionel Messi dipanggil maju ke podium untuk menerima penghargaan sepatu emas/pencetak gol terbanyak dalam turnamen. Dengan wajah tertunduk lesu, frustasi, dan penuh penyesalan, Messi berjalan turun podium membawa penghargaan tanpa menyapa ataupun menyalami fans Argentina yang hadir di Stadion Rio da Janeiro. Sebagus apapun gelar individu yang diterimanya, tidak ada arti jika ia tidak membawa Timnas Argentina juara World Cup.

Rupanya Messi menyadari, dirinya tidak akan bisa mencetak gol tanpa pelayanan Angel Di maria, Maxi Rodriguez, dan kawan-kawan. Sungguh dosa besar dirasa apabila tidak bisa membayar kemenangan individu dengan kemenangan tim. Kepemilikan rasa tanggung jawab moral yang perlu kita contoh.

KH. Haedar Nashir mengatakan: “Setinggi-tinggi anda berilmu, ilmu tidak akan ada maknanya ketika tidak diamalkan dan mencerahkan semesta. Ilmu tidak mengajarkan orang berada di Menara Gading. Lihatlah tokoh-tokoh bangsa betapapun ilmunya tinggi, tetapi mereka berkhidmat sepenuh jiwa raga untuk umat dan bangsa. Mereka bersahaja dan bukan tokoh-tokoh demam panggung yang haus citra minus keteladanan dan karya nyata”. Dua kata kunci, yakni Menara Gading dan berkhidmat. Tinggal pilih kita berada di atas mengungguli yang lain atau membawa orang lain ke tempat tinggi, agar bisa menyaksikan pemandangan indah bersama-sama.

Dalam pesan Al-Qur’an (QS. Ali Imran : 110) masyarakat Islam yang diidealisasikan merupakan perwujudan khaira ummah (umat terbaik). Dengan syarat mampu menggarap segenap manusia ke tempat yang lebih baik, dapat juga dikaitkan dengan teologi Al-Ma’un untuk membebaskan, memberdayakan, dan memajukan. Sederhananya seperti itu yang sedikit tertuang dalam Buku 14 Pernyataan Pikiran Muhammadiyah Abad Kedua. Bahwa ciri manusia ialah bukan menang sendiri, pintar sendiri, dan hebat sendiri.

Sedikit peribahasa; If you want to go fast, go alone. If you want to go far, go together. Jika kamu ingin pergi cepat, maka pergilah sendiri. Jika kamu ingin pergi jauh, pergilah bersama. Timbulkanlah penyesalan dalam diri apabila berhasil tanpa membawa tim, bahkan meninggalkan tim karena telah sukses. Karena menang sendiri berarti kalah, pintar sendiri berarti bodoh, hebat sendiri berarti payah.

Oleh:

Farhan Alif
Ketua PD IPM Kota Malang

Tinggalkan Balasan

%d