IPMJATIM.OR.ID – Islam Wasatiyah Sebagai Agama Darul Ahdi Wa Syahadah, menjadi materi pertama pada PKMTM 3 PW IPM Jawa Timur. Materi tersebut disampaikan oleh Ketua MUI Kota Batu, Dr Nurbani Yusuf M Si, Jum’at (15/07). Materi berlangsung di Aula SMA Muhammadiyah 1 Kota Malang.
Pada materi nya, ia menyampaikan bahwa sejarah NKRI adalah sejarahnya Muhammadiyah. “Sejarah NKRI itu sejarahnya Muhammadiyah. Yang merumuskan dan menggali pancasila adalah kader Muhammadiyah dengan nomer baku 384, Bung Karno namanya,” tuturnya.
Nurbani melanjutkan, istri dari Bung Karno bernama Fatmawati. Ia merupakan putri dari Buya Hasan Din yang merupakan Ketua Umum PW IPM Bengkulu. Sedangkan ibunya, Siti Khadijah adalah Ketua Aisyiyah. Pasangan ini melahirkan putri yang akhirnya menjahit bendera merah putih untuk Indonesia.
Ki Bagus Hadikusumo juga merupakan pengurus Muhammadiyah. “Beliau ini Hoofdbestuur (pengurus besar) PP IPM yang mengubah sila pertama pada pancasila. Jadi NKRI itu negeri kita, lainnya nunut,” ucapnya.
Selain itu, pemateri membahas tentang hal yang hilang dari Muhammadiyah. “Ada tradisi pesantren yang hilang dari kita yakni sebuah adab. Yang kedua, lupa bahkan tidak kenal dengan pimpinan-pimpinan nya dan alumni-alumni nya. Kelihatan nya sepele tapi hal kecil ini yang membuat hubungan antar kader menjadi berkesinambungan,” tuturnya.
Ia melanjutkan, hal ketiga yang hilang dari Muhammadiyah adalah kerjasama dengan organisasi lain nya. Keempat, ia mengatakan tentang hilangnya ideologi.
“Ideologi negara kita adalah pancasila. Lalu apa ideologi Muhammadiyah? Pak Haedar pernah menjawab pertanyaan saya dengan mengatakan ideologi kita tidak jauh dari pendirinya. Berarti ideologi kita adalah dahlaniah,” tuturnya.
Sebelum menutup materi, ia menjelaskan “Gus Dur pernah berkata kemenangan Muhammadiyah atas NU adalah kemenangan dialektik. Yang awalnya dibantah, disebut bid’ah, ditasawufkan, dikafirkan kini dibenarkan. Ini tanda bahwa perjuangan Kyai Dahlan sudah dinikmati seluruh umat islam”.
Sebagai contoh, menerjemahkan Al-Qur’an dan berkhutbah menggunakan bahasa indonesia dulu dianggap sesat. Namun sekarang hal itu diterapkan oleh seluruh umat Islam, inilah yang akhirnya membuat Muhammadiyah dikatakan organisasi pembaharu, modern, dan tajdid. (Pingda)