Oleh : Elsa Fatimaturrosida
Etika moral adalah hal basic yang seharusnya dimiliki oleh seluruh pelajar, seperti yang diajarkan ketika mengenyam pendidikan dasar; jujur, adil, bertanggung jawab, bijaksana, dan masih banyak lagi. Hal tersebut bercampur baur ketika perkembangan teknologi jadi semakin pesat. Dari sudut pandang siswa, penulis menemukan bahwa perkembangan teknologi, memiliki dampak hingga pada titik dimana etika moral itu dapat berubah karnanya.
Adapun perubahan moral siswa akibat perkembangan teknologi dikarenakan bias. Konten-konten yang harusnya tidak lulus sensor, termasuk kata-kata yang tidak pantas dapat dengan mudah dijangkau siswa hingga membuatnya mencontoh ataupun meniru perilaku tersebut tanpa berpikir dua kali. Sedangkan seharusnya, etika moral pelajar mestinya dipandang sebagai ‘akar’ yang di mana harus terus dirawat di tengah berkembangnya teknologi. Teknologi tanpa etika berpotensi menjadi pedang bermata dua, yang bisa membuka jendela dunia, dan menutup pintu hati.
Teknologi memang membawa banyak manfaat dalam proses pembelajaran, seperti mempermudah akses informasi, menciptakan suasana belajar mengajar yang kreatif dan inovatif serta masih banyak lagi. Namun, tantangan dari teknologi juga tak bisa dianggap remeh. Distraksi, Plagiarisme, penurunan interaksi sosial hingga kecenderungan menjadi ‘sekedar konsumen’ teknologi, adalah ancaman nyata bagi dunia pendidikan.
Kemampuan kritis dan kreatif siswa tergerus dahsyat. Siswa cenderung enggan untuk mengkritisi materi yang diperoleh dalam proses pembelajaran. Bahkan, bukan jadi hal yang langka kalau mengerjakan tugas, membuat PPT, menulis essay, dijabani hanya untuk menggugurkan kewajiban. Keacuhan yang begitu nampak ini patut diprihatinkan. Sebenarnya teknologi bisa menjadi teman, jika diarahkan dengan benar. Siswa harusnya sadar dan dapat menggunakan teknologi yang melimpah dengan sebaik mungkin. Tidak hanya sekedar paham teknologi, siswa hendaknya mampu memanfaatkan teknologi tersebut untuk menciptakan solusi, membangun empati dan juga menjadi agen perubahan di era digital.
Yang tidak kalah pentingnya, kolaborasi antara orang tua dan guru menjadi tameng utama dalam menjaga keseimbangan ini. Banyak harapan yang dituangkan untuk siswa pada era ini, agar mereka tidak hanya jadi ‘pengguna teknologi’, tetapi juga pencipta yang bijak pelopor bermoral dan pemimpin yang mampu menghadapi tantangan masa depan tanpa kehilangan esensi manusiawinya. Ini adalah tanggung jawab bersama untuk memastikan teknologi menjadi sarana kemajuan dan perubahan, bukan jembatan menuju kehancuran.
(*) PD IPM JOMBANG